Selasa, 04 Juni 2013

〃Hanya karena Aku Pencinta Alam〃



Ya aku adalah seorang Pencinta Alam, dan semua yang kau tuduhkan itu benar. Aku adalah lelaki pengejar sepi dan penghindar kesepian. Aku senang menciptakan kenangan. Senang bekerja keras sekaligus senang bermalas malasan. Itu semua benar adanya.

Mengenai kesukaanku pada api unggun, ketinggian, mengecup cantiknya suasana alam, persaudaraan, kopi yang airnya dididihkan di atas perapian, bercengkerama di dalam tenda, aku juga tidak hendak menyangkalnya. Semua itu berbanding sempurna dengan kecintaanku pada korek api cricket, Marlboro merah dan beberapa alat survival kit.

Tapi kau terlalu mengada ada jika menganggap aku sebegitunya membenci para politisi. Bukan.. tidak seperti itu. Aku memang sama sekali tidak respek pada intrik, manipulasi, senyum palsu, dan segala hal yang sepadan dengan itu. Bukan berarti aku anti politik. Bukan pula aku membabi buta membenci segala hal yang berbau pergerakan politik.

Itu tidak penting. Dengan kata lain, ada yang lebih penting dari itu.

Survive melakoni hidup dengan mengikuti kemana hati membawa, begitulah seharusnya menjadi Pencinta Alam. Meskipun ada yang berkata, hidup dengan cara mengikuti hati nurani hanya akan membawa kita pada dua hal. Jika tidak berujung pada kebahagiaan maka dia akan gila. Dan aku menerima resiko itu dengan segala cinta.

Hanya karena aku Pencinta Alam, bukan berarti aku tidak bisa memberimu sekuntum edelweiss. Tapi apakah itu mungkin ? Puncak Rengganis pun mengerti jika sekuntum edelweiss itu adalah dirimu.















Brampi KanataLo (Catatan) pada 23 April 2012 pukul 2:28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar