Kamis, 17 Oktober 2013

Kami Jodoh, Tapi Bukan Untuk Bersama

Kami pernah bersama. Benar-benar bersama. Setiap hari yang kami lakukan hanya berbagi cerita, saling bertanya kabar satu sama lainnya. Saling merindukan, saling mendoakan. Kami pasangan yang serasi. Kata dia begitu. Entah kenapa aku kurang setuju. Kami bukan pasangan, tapi sudah menjadi satu bagian dari kebersamaan itu sendiri. Jadi, aku anggap bahwa ketika dia tak bersamaku berarti dia tak lengkap. Begitu juga sebaliknya. Tanpa aku, dia tak sempurna.

Aku sudah terbiasa dengan kehadirannya. Dengan berbagai sapa cinta setiap pagi. Berbagai macam ucapan doa dan harap setiap hari. Aku dan dia benar-benar seperti sudah ketergantungan. Dia membuatku lebih dari spesial. Dia pernah bilang bahwa dia selalu mendambakan sosok ‘Pangeran’. Ya, Pangeran. Seseorang yang membuatnya jauh lebih bernyawa dari sebelumnya dia sebut Pangeran. Seseorang yang akan dia cintai sampai lebih lama dari selamanya dia sebut Pangeran. Seseorang yang akan dia buat selalu bahagia dia sebut Pangeran. Pangeran itu aku, katanya.

Kami pun membuat dongeng kami sendiri. Dia yang jadi Puteri Bergaun Putih Panjang Dengan Sayap di kiri-kanan, aku yang jadi Pangeran Ksatria Berkuda Putih. Mungkin sebagian orang akan mual. Tapi jika mereka sudah tahu seperti apa hubungan yang kami jalani, aku berani bertaruh mereka justru akan iri. Aku merasa menjadi pria paling sempurna dan beruntung di dunia saat memilikinya. Dia, wanitaku yang selalu cantik dan anggun meski memakai pakaian apa saja. Wanitaku yang tak pernah membuatku marah. Wanitaku yang selalu menggodaku dengan candaan dan kekonyolannya. Yah, dia pernah melakukan semua itu.

Dongeng kami selalu berisi tentang kebahagiaan. Sialnya, kami tidak pernah mempersiapkan kemungkinan terpahit tentang sebuah perpisahan. Aku sebenarnya sudah tahu sejak awal. Aku dan dia… kami tak mungkin bisa memperjuangkannya. Kami jatuh cinta, saling menginginkan, pernah berciuman tanpa ragu, pernah bermimpi tentang indahnya membangun sebuah keluarga, tapi… kami tak akan bisa kesana.


Sesungguhnya alasan yang selalu aku sangkal ini membuatku perih. Membuatku tersiksa dengan luka yang sama sejak (.....??) September 2013. Cintanya tak pernah nyata ada di duniaku. Cintanya hanya hadir di dalam kepalaku saja. Dia hadir hanya di dalam dada. Dia tak pernah ada untuk menjemputku yang kemalaman pulang. Dia tak pernah hadir di saat aku butuh dukungan. Dia tak pernah hadir untuk mengunggahkan game lucu yang baru dia download di internet tadi siang. Semua cerita yang dia ungkapkan hanya terjadi saat kenyataan pergi. Cintanya semu, kehadirannya apalagi. Dia jadi seperti tokoh yang ada di dalam ceritaku saja. Dia tak pernah mau memperjuangkan kami. Jadi untuk apa aku lebih lama mempertahankan cinta yang mungkin juga tak pernah ada.

Dia lalu seperti fiksi di dalam realita. Aku tak yakin benar, tapi keberadaannya jadi seperti cakrawala di kejauhan sana. Mengabur, menghilang dan hanya meninggalkan gumpalan. Apa yang bisa aku kejar lagi?? Tak ada!

Aku bukannya tak mau memberinya kesempatan untuk membuktikan. Tapi apalagi yang ingin diwujudkan? Semua yang pernah kami serius bicarakan hanya seperti dialog dari sebuah adegan di dalam novel. Sayangnya, novel itu dibuat dengan asal-asalan tanpa emosi. Karena itu, tak ada yang dapat merasakan benar apakah tokoh ‘Dia’ yang sejak tadi aku sebutkan benar ada atau justru rekaan semata.

Tak apa. Aku tak butuh pengakuan atau pembenaran dari adanya dia. Yang jelas dia masih ada sampai sekarang. Sedang berbahagia. Dengan seseorang yang (jelas) bukan aku. Tapi aku dan dia pernah beberapa kali berkomunikasi menanyakan kabar. Seolah tak pernah ada sesuatu diantara kami yang melibatkan emosi sebelumnya. Sekali lagi, tak apa. Aku senang masih bisa bertegur sapa.

Namun, sekali waktu pernah ada yang bertanya padaku.

“Kamu masih mencintainya?”

Dengan tanpa ragu aku hanya bisa menjawab pendek.

“Tentu.”

\m/ Keep Rock !! \m/

1 komentar:

  1. Sangat memahami sekali dengan yang tertuliskan dan diceritakan...
    Dan akupun tidak tahu apa yang harus kulakukan terhadap ceritamu ini....
    Aku hanya (....??) Ya kamu pun pasti mengerti...
    Ya... aku tahu Arti begitupun Makna dari Cinta yang kamu miliki begitu sangat dalam dan begitu sangat kuat sehingga tidak ada yang bisa menggantikan Cintanya.. Dia... Dia.. dan selalu hanya Dia...

    Untuk itu kusampaikan padamu...
    Jika kamu masih sangat mencintainya maka PERGILAH... dan TEMUILAH dia... Jangan memendam rasa cinta itu yang membuatmu semakin dan semakin tersiksa dan sakit. Harus yakin kepada dirimu sendiri bahwa dia pun masih mencintaimu sama seperti kamu mencintainya...
    Heiiii... Pangeran ksatria berkuda putih... Kejarlah Puteri bergaun putih yang bersayap itu...
    Wujudkanlah dongeng yang kalian inginkan itu menjadi sebuah kenyataan yang indah...

    Dengan harapan... HAPPY ENDING !

    SEMANGATTTT !! ^_^

    BalasHapus