Minggu, 07 Juli 2013

Kentut pembawa kematian

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/kentut-_110729134753-478.jpgPada suatu  hari ada seorang anak yang tingal di sebuah hutan. Anak itu tinggal disebuah rumah yang terbuat dari kayu dan hanya sederhana. Ketika itu, anak tersebut disuruh oleh ibunya untuk mengambil kayu bakar. Dia pun sendiri menuju hutan untuk mencari kayu bakar. Namun, saat mengambil kayu bakar, anak itu melihat seorang wanita yang tertidur dibawah pohon.  Anak itu mendekati wanita tersebut dan ternyata wanita itu penuh dengan darah dan baunya sudah busuk. Anak itu membawa wanita itu ke rumahnya.

Saat sampai di rumah, anak itu memanggil ibunya dan mengatakan bahwa dia menemukan seorang wanita. Dan ibunya melihat wanita itu dan kaget bahwa sebenarnya wanita itu sudah meninggal. Anaknya tidak tau apa-apa, lalu dia pun mengatakan kepada anaknya “Nak, wanita ini sudah meninggal, baunya sudah busuk”. Anak itupun mengerti bahwa orang meninggal itu kalau sudah berbau. Akhirnya, Anak itu dan ibunya menuju jembatan dan membuang wanita itu ke sungai.

Aku Takut Berjalan di Lorong Itu

Aku takut melewati lorong itu. Lorong yang terbuat dari kaca tembus pandang. Tiap kali aku berjalan di lorong itu, aku melihat pantulan diriku yang telanjang. Seram kudibuatnya. Ternyata aku yang telanjang tak seindah yang selama ini kubayangkan.

Aku takut dengan bayanganku sendiri. Tak berani kumelihat bayanganku sendiri. Lebih baik aku cari jalan memutar, menghindari lorong itu.

Tapi anehnya kadang hadir kerinduan untuk berjalan di lorong itu. Kalau sudah rindu seperti itu, kupaksa berani diriku untuk melewatinya. Kupicing-picingkan mata menahan rasa takut itu. Ternyata rasa rindu hadir manakala kulihat diriku yang telanjang tampak indah di pandangan mataku.

Di lorong itu, kadang kacanya memantulkan ketelanjanganku yang indah, kadang memantulkan ketelanjanganku yang tak indah.

Kalau sedang melihat pantulan diriku yang indah, aku merasa senang. Kalau sedang melihat pantulan diriku yang tak indah, aku merasa gamang. Itulah yang membuatku takut sekaligus rindu pada lorong itu.


 #imajinasingawur

Ingin Menulis Saja

Ingin Menulis
sebab enggan hidup dalam pra sejarah…
Ingin mencatat gurat gerakan tangan yang dapat nampak nyata, terbaca dan punya makna.
Menulis adalah pesanan inspirasi, menukil luapan hati juga pikiran. Maka terbungkus jadi riwayat.
Tulas tulis jadilah jejak rekam, orat oret jadilah sejarah tertulis. Si Dewek yang dari Karawang mau menulis sebab berharap isi hati dan pikiran Si Dewek dapat tercatat dan terbaca, syukur-syukur bisa dimengerti. Ataukah Si Sinyong yang dari Tegal mau menulis karna si Sinyong sadar punya sejarah diri sendiri…
http://perpustakaan.kaltimprov.go.id/assets/img_news/341218321_0_kursus_menulis_writing_course.jpg Siapapun teramat ingin menulis, berekspresi, berefleksi. Walau memang inspirasi tak kunjung datang berkali-kali apalagi bisa terulang dalam sehari.
Ayo Tulis tiga kali…Menulis, menulis, menulis….terbaca, terbaca, terbaca…bermakna, bermakna, bermakna.
Ditinggalkan inspirasi sungguh berbahaya…apalagi fakir daya baca tulis!
Menulis, dorongan manusia sejarah biasa… yang ingin sedikit bermakna.
Tulislah dalam hati kalimat berikut ini :
“menulis!”

Sabtu, 06 Juli 2013

Hujan Hari Ini

Hari ini hujan ,sama seperti hujan di musim lalu ketika ku perlahan kehilanganmu dalam rintiknya

dan tak akan pernah ada air mata dalam bulir-bulir air mengalir membasahi wajahku

karena senyum ini membalut lukanya sendiri
aku mencoba mengerti meski aku tak pernah tahu
aku mencoba paham meski aku tak pernah mengerti
bahwa aku akan selalu ada diantara hujan dan torehan wajahmu yang mulai menghilang diantara rintiknya
hari ini hujan ……….

dan kali ini aku memahami
dan kali ini aku mengerti
Tuhan sedang ingin melukis pelangi sesudahnya . . . . . .

Keyakinan dan Bukti yang Nyata

http://www.ayurvedalive.in/wp-content/uploads/2012/02/5-beautiful-eyes-www.cute-pictures.blogspot.com_.jpgEntah kenapa aku begitu yakin akan perkataan sahabatku bahwa aku akan mati bila aku menggantung diri dengan mengikatkan seutas tali yang kuat di leherku.

Aku yakin begitu saja pada perkataannya, padahal aku sendiri belum pernah mencoba membuktikannya.

Hingga suatu hari keyakinanku pun bertambah kuat akan perkataan dari sahabatku setelah kejadian yang terjadi di kampungku.

Kematian seorang tetangga yang putus asa hingga nekad mengakhiri hidupnya dalam gantungan seutas tali.

Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, bukti yang nyata akan perkataan sahabatku.
Bukti yang semakin menguatkan keyakinanku, walau aku belum pernah mencobanya.
Dan aku cukup melihat bukti yang ada tanpa perlu membuktikannya sendiri tentang keyakinanku selama ini.

Namun terkadang dalam beberapa hal dalam keyakinan hidupku, aku harus merasakannya sendiri untuk hal-hal yang sangat penting dalam hidupku.
Banyak hal yang tidak cukup hanya dengan mendengar dan melihat, ada kalanya aku harus merasakannya sendiri.

Apalagi setelah mendengar perkataan sahabatku bahwa sate ayam di kampung sebelah itu rasanya enak, tentu aku pun tak mau hanya membayangkannya.
Mumpung lagi ada uang hehee ….